Bagian 1:
Hembusan
angin di siang hari
Dikala matahari menyinari bumi
Hawa panas menyapu benua
Menghempaskan aku ke alam yang panas
Sang malam dan kegelapan
Menyelam kelam dalam kedinginan
Laksana seribu jarum menusuk pori-poriku
Hingga bibirku bergetar sangat keras,
seakan hendak merontokan seluruh gigiku
Jari jemari tanganku
Jari jemari kakiku
Pucat berkerut seakan tak bernadi
Mungkinkah jari jemariku telah mati ?
Bagian 2:
Terang
berbinar mataku memandang
Cahaya rembulan sejuta keindahan
Menghiasi kegalauan semesta alam
Dengan sinar Anugerah Tuhan,
yang bertahta tinggi di ujung daun pepohonan
Aku bangkit
dari duduk kebimbangan
Berdiri tegak menyatakan perang, menantang penyakit alam
Pembalakan hutan, para penebang liar
Aku muak melihat tingkahmu mengusik alam
Bangkitlah…
bangkitlah… rakyatku sayang
Suara Negeri menyapa alam
Menyadarkan aku, bahwa dunia diambang kehancuran
Rakyatku sayang, negeriku malang
Hilang kelam terkikis perubahn zaman
Bagian 3:
Aku datang
menghampiri alam
Membawa pesan dari Tuhan
Lindungi alam, cintai lingkungan
Keindahan menjadi bonus jiwa kepedulian
Aku hadir
mengunjungi alam
Sebagai pemuda sadar wisata pecinta alam
Bukan sekedar menikmati keindahan
Sebab aku datang dengan cinta dan keikhlasan,
sebagai penyanggah harapan
Aku ingin bumiku tetap nyaman !
Damai dan
ketenangan yang kurasakan
Saat berada di tengah-tengah alam
Mungkinkah ini jawaban dari Tuhan
Mengapa, kita wajib menjaga dan melestarikan alam ?
Bagian 4:
Dengan penuh
keyakinan kutatap alam
Sejuta cinta yang akan kuserahkan
Telah dihidangkan di atas meja Sang Pencipta alam
Jangan lekas pergi atau menghilang
Nikmatilah dahulu anugerah kasih sayang
Alamku
rusak, badaikan segera menerjang
Alamku hancur, kehidupan segera berakhir
Alamku musnah, tibalah hari kiamat
Alamku, alamku tetaplah kau bertahan di sana
Aku datang
mendekat dalam kehidupanmu
Aku hadir merayu keagungan jiwa pengasihmu
Berusaha menahan hadirmu dalam duniaku
Alamku, alamku jangan pergi dari kehidupanku
No comments:
Post a Comment